Monday, 29 June 2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk mengantikan kehilangan cairan atau za-zat makanan dari tubuh (Yuda, 2010). Pemasangan infuse merupakan proses pemberian cairan intravena (infus)  adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Potter, 2005).
Infus termasuk sediaan parenteral volume besar. Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain (Lachman, 2008).
Salah satu tugas penting dari petugas kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan nyaman bagi klien. Salah satunya yaitu dengan memberikan cairan infus kepada pasien yang sedang mengalami kekurangan cairan tubuh. Pemberian cairan infus juga bisa dikatakan sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang. Apalagi pada saat pasien sedang dalam keadaan diare, tiphus, dan Demam Berdarah.
Petugas kesehatan memiliki tanggung jawab penuh dalam memperhatikan status kesehatan dengan memberikan asuhan dasar keperawatan khususnya pemberian cairan infus kepada seorang pasien.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :” Bagaimana tindakan pemasangan infus pada An. A dengan penyakit Hepatitis di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUD dr.Fauziah Bireuen”.

C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan infus secara benar dan tepat sesuai dengan prosedur kerjanya.
2.      Tujuan Khusus
a)      Mahasiswa dapat mengkaji data pasien.
b)      Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan prosedur.
c)      Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang akan dilakukan.



D.    Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa
Mahasiswa mampu menyelesaikan tugas yang telah diberikan dalam pelaksanaan tindakan pemasangan infus kepada pasien.
2.      Tenaga kesehatan
Seorang tenaga kesehatan mampu membimbing dan mengarahkan mahasiswa dalam pelaksanaan tindakan pemasangan infus kepada pasien.
3.      Institusi pendidikan
Agar institusi pendidikan mampu memberikan materi dan  tata cara penilaian yang baik, semangat dan motivasi kepada mahasiswa dalam pelaksanaan tindakan pemasangan infus kepada pasien.












BAB II
TINJAUAN TEORI
A.     INFUS
1.      Pengertian
Adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Potter, 2005).
2.      Tujuan
a.       Sebagai pengobatan
b.      Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
c.       Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan
      melalui mulut. (Yuda,2010)
3.      Indikasi
Pasien dehidrasi, syok, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan dan minum melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.
4.      Kontraindikasi
a.         Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
b.        Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
       digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan        
       hemodialisis (cuci darah).
c.       Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
      darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki). ( Yuda, 2010)
5.      Komplikasi
       a.          Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
               pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang
               kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada
               pembuluh darah.
       b.         Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
               pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
       c.         Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
              infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
       d.       Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
              masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
              ( Yuda, 2010).

6.      Lokasi Pemasangan Infus
Gunakan cabang vena distal (vena bagian proksimal yang berukuran lebih besar bermanfaat untuk keadaan darurat) ( Yuda, 2010). Pilihan vena :
a.        Vena metakarpal (memudahkan pergerakan tangan)
b.       Vena basilika / sefalika
c.        Vena fosa antekubital, medianna basilika atau sefalika untuk pemasangan infus yang singkat saja.
          Klien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas bagian bawah hanya digunakan sebagai pilihan terakhir.

7.      Persiapan Alat
a.        Baki yang telah dialasi
b.       Perlak dan pengalasnya
c.        Handuk kecil
d.       Bengkok
e.        Tiang infus
f.        Sarung tangan
g.       Tourniquet
h.       Kapas alkohol
i.         Cairan infus
j.         Infus set
k.       Abocath
l.         Plester
m.     Kasa steril
n.       Gunting plester
o.       Jam tangan
p.       Buku catatan
q.       Bengkok

8.      Prosedur Pelaksanaan
a.        Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
b.       Dekatkan alat
c.        Pasang sampiran
d.       Atur posisi pasien senyaman mungkin
e.        Pasang perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan dipasang infus
f.        Cuci tangan
g.       Pakai sarung tangan
h.       Buka kemasan steril infus
i.         Gantungkan cairan infus pada tiang infus
j.         Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada saluran infus
k.       Tusukkan pipas saluran infus ke dalam botol cairan dan tabung tetesan diisi setengah dengan cara memencet tabung tetesan infus
l.         Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada selang infus lalu tutup kembali klem
m.     Cari dan pilih vena yang akan dipasang infus
n.       Letakkan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk
o.       Desinfeksi daerah pemasangan secara sirkuler
p.       Tusukkan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas ( apabila berhasil darah akan keluar dan dapat dilihat pada pipa abocath )
q.       Dorong pelan-pelan abocath masuk ke dalam vena sambil menarik pelan-pelan jarum abocath sehingga semua plastik abocath masuk semua ke dalam vena.
r.         Sambungkan segera abocath dengan selang infus
s.        Lepaskan tourniquet dan longgarkan klem untuk melihat kelancaran tetesan
t.         Bila tetesan sudah lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester
u.       Atur tetesan sesuai kebutuhan
v.       Tutup tempat jarum, atau tempat tusukan dengan kasa steril
w.     Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
x.       Lepaskan sarun tangan
y.       Cuci tangan
z.        Dokumentasi

B.  Defenisi Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol, dan dijumpai pada kanker hati, gejala dan tanda masing-masing jenis hepatitis serupa. Cara penularan.apabila penyebabnya virus dan hasil akhirnya mungkin berbeda.(. Corwin, 2001 )
Hepatitis adalah peradangan hati, patologi dapat disebabkan oleh infeksi atau kimia. Penyebab infeksi meliputi banyak agens yang dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan.kelompok virus yang diketahui sebagai virus hepatitis diberi nama secara alfabetik dalam urutan kronologik penemuannya
Hepatitis adalah inflamasi akut hepar.Ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cedera toksik , tetapi hepatitis virus yang penting sering dilihat.
            Hepatitis adalah peradangan pada sel hati. Virus merupakan penyebab hepatitis yang paling sering, terutama virus hepatitis A,B,C,Ddan E. Pada umumnya penderita hepatitis A dan E dapat sembuh, sebaliknya hepatitis B dan C dapat menjadi kronik. Virus hepatitis D hanya dapat menyerang penderita  yang telah terinfeksi  virus hepatitis B dan dapat memperoleh keadaan penderita.
1. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gr, dan dibagi menjadi lobus. Setiap empat lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri  dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus.
Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir kedalam berasal dari dua sumber. Kurang lebih 75% suplai darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Bagian suplai darah tersebut masuk kedalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu untuk membentuk capillary beds bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan demikian, sel-sel hati ( hepatosid ) akan terendam oleh campuran darah vena dan arterial. Sinusoid mengosongkan isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma. Jadi, terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya satu lintasan keluarnya
Hati adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnnya ½ kg. Letaknya : bagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma hati terbagi 2 lapisan utama :
1. Permukaan atas terbentuk cembung, terletak dibawah diafragma
2. Permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura transfersus.
            Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 belahan : lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata dan lobus guardatus.

b. Fisiologi
Fungsi hati terbagi atas :
1.    Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disuatu tempat dalam tubuh,dikeluarkan sesuai dengan pemakaianya dalam jaringan
2.    Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresikan didalam empedu urin
3.    Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glukogen
4.    Sekresi empedu,garam empedu dibuat dihati dibentuk dalam sistem retikulo  endotelium dialirkan keempedu
5.    Pembentukan ureum
6.    Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam basa

Hati yang merupakan organ terbesar tubuh dapat dianggap sebagai pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal, kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrien ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik.
            Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati membuat dan mensekkresikan empedu yang memegang peran utama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam traktus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mensekresikannya kedalam empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hatiakan disimpan untuk sementara waktu dalam kandung empedu (vesika felea) sampai kemudian dibutuhkan untuk proses pencernaan pada saat ini kandung empedu akan mengosongkan isinya dan empedu memasuki intestinum (usus).








BAB  III
TINJAUAN KASUS
A.Pengkajian
1.  Identitas klien
Nama                :  An. A
Umur                 :  18 Tahun
Jenis kelamin     :  Perempuan
Agama              :  Islam
Suku bangsa      :  Aceh-Indonesia
Tanggal masuk  :  26 Juni 2015
No RM              :  238691
Alamat              :  Lapang Barat, Gandapura
Ruang rawat     :  Ruang Al-atiq (Penyakit Dalam Wanita)



2.   Alasan dirawat
a.    Keluhan utama
3 hari yang lalu, pasien mengalami Mual, Muntah, Nyeri perut dan BAK Pekat seperti Teh. Keluhan Tambahan Mata pasien berwarna Kuning
b.    Riwayat penyakit
OS mengeluh mual, muntah dan nyeri perut ± 10 hari yang lalu
c.    Penyakit yang pernah diderita
Klien belum pernah masuk rumah sakit dan tidak pernah dirawat dirumah sakit
\



BAB IV
PEMBAHASAN

          Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada An. A dengan penyakit hepatitis di Ruang Penyakit  Dalam wanita RSUD dr.Fauziah Bireuen, pelaksanaan pemasangan infus yang dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lahan. Kesenjangan tersebut terdapat pada persiapan alat, sedangkan pada prosedur pelaksanaannya hampir sama dengan teori (Yuda, 2010). Pada proses persiapan alat kebanyakan tenaga kesehatan  tidak menggunakan sarung tangan bersih saat pemasangan infus. Karena untuk efisiensi waktu dalam  proses  pemasangan maka kebanyakan dari tenaga kesehatan tidak menggunakan sarung tangan. Sedangkan pada teorinya sendiri menggunakan sarung tangan bersih. Namun dengan tidak memakai sarung tangan dikhawatirkan seorang tenaga kesehatan dapat tertular infeksi yang akan merugikan pasien dan paramedis. Pada pelaksanaan prosedur kerjanya, hampir sesuai dengan teori yang ada, hanya saja  lebih sederhana pada pelaksanaan praktek dilahan.  Namun kebersihan  tetap diterapkan pada saat prosedur dilaksanakan.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.   Kesimpulan
      Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan penyakit Hepatitis di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUD dr.Fauziah Bireuen. Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah venadalam jmlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tujuannya adalah Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, sebagai akses pemberian obat, kemoterapi dan tranfusi darah serta produk darah, memberikan parenteral nutriens, pra dan pasca bedah sesuai program. Hepatitis adalah peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol, dan dijumpai pada kanker hati, gejala dan tanda masing-masing jenis hepatitis serupa. Cara penularan.apabila penyebabnya virus dan hasil akhirnya mungkin berbeda(Corwin, 2001).
2.      Saran
a.      Bagi klien
Disarankan kepada klien agar meningkatkan pembinaan pola hidup sehat, dan memahami perlunya menjaga kesehatan mengenai faktor-faktor resiko penyakit hepatitis.
b.      Bagi perawat
Hendaknya berperan aktif dengan menanyakan apa yang dirasakan klien dan keluarga selama menderita penyakit hepatitis sehingga perawat melakukan pengkajian keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan dan mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada An. A Degan Gangguan Sistem pencernaan : Hepatitis Di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUD dr.Fauziah Bireuen, sehingga terjalin kerjasama yang baik sesuai dengan prioritas masalah kesehatan klien dan tercapailah hasil yang maksimal.
c.       Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pedoman dalam perencanaan Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Gangguan Sistem  pencernaan : Hepatitis Diruang Penyakit Dalam Wanita RSUD dr.Fauziah Bireuen.












                                                                                                      

1 comment :