Sunday, 22 December 2013

Karya Ayu Sakinah



Semua rasa ini menjadi satu. Benci, marah, kecewa dan geram. Tapi aku tidak tau pada siapa akuu harus meluahkan rasa ini, sementara sumber dari rasa itu tak tau ada diman. Oh,, Tuhan andaikan raja Adam berdiri dihadapanku, ku pastikan ia menyesal mebuatku jadi begini. “sayang… sampai detik ini setelah 2 minggu yang lalu aku hanya bisa bertanya… Dima kamu?? Tapi tanyaku tak ada jawabnya.
                   Setelah 2 minggu Adam menghilang tanpa kabar. Aku hanya bisa menangis..menangis.. dan menangis… segala keganjalan hati ku tuangkan dalam diary kesayanganku. Tapi semua itu tak membuatku lega, aku memang bukan gadis Alim yang shalatnya tak pernah bolong, tapi untuk masalah yang menimpaku jika tidak ku temukan penyelesaiannya aku mengadu pasa Tuhan tiap usai shalatku.
                   Siang ini begitu cerah walau memang tak secerah hatiku. Ku lirik arlojiku dengan perlahan. Jarum jam menunjuk pukul 09.20 WIB. Aku tak perlu khawatir Pak Sugi menghukumku, karena beliau tidak hadir. Jadi kuputuskan jam olahraga ku gantikan dengan renungan-renungan konyol yang akan membuatku depresi berat.
                   “sepanjang hari ini apa kamu akan menghabiskan waktu untuk menangisi pecundang itu?” Tanya Amel yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Aku menatap Amel penuh Tanya. Adamkah yang ia maksud? Ahh… entahlah… Adam memang Pecundang. Ia brengsek membiarkanku mencintainya lalu ia mengacuhkan ku begitu saja.
                   “Laki-laki buaya !! setelah bosan denganmu dia mencari mangsa yang baru” Amel duduk di sampingku. “aku mengenalnya!! 3 tahun kami bersama, tidak mungkin dia mengkhianatiku. Kataku
Amel        : tapi kenyataannya ap?
Aku           : aku hanya tak tau dia dimana!
Amel        : intinya dia meninggalkanmu tanpa kabar. Bkn?
Aku           : ntahlah, mungkin kamu benar  L
                   Aku mendengus. Tidak tau karna apa aku begitu. Percaya pada Adam , mungkinkah ini cinta yang tulus?. “Kakakku bukan pengkhianat! Dia bukan buaya! Dan bukan pemain cinta!!” aku kenal suara itu. Leni, gadi8s itu sekelas denganku , dia adik kandungnya Adam. Aku tidak tau dia telah berdiri dibelakangku kini.
                    Amel beranjak “ memang kakakmu pengkhianat kn??!!”


“Jangan sembrono bicara jika tak kenal k’Adam dan kamu Tari!!! Jika kamu tidak percaya kak Adam lgi, berhentilah untuk menunggu..!!! kata Leni
                   “lhoo… kenapa jadi aku?? Aku hanya…!!
                   Sudahlah, supaya kamu percaya pada kak Adam, besok kamu ikut aku, kita bertemu kak Adam.
                   Leni meninggalkan aku dan Amel. Sepasang mataku menuju ke punggungnya, memandang tubuh itu, sungguh membuatku bingung kepalang tanggung. Betapa tidak. Dia yang begitu jutek kerus tiba-tiba berbicara padaku dan mengajakku bertemu Adam
***
                   Uuh.. minggu pagi yang menyegarkan. Tidak sabar aku menunggu Leni datang, tapi, ini konyol. Bukankah saat ini aku sedang benci Adam, tpi kenapa aku begitu bahagia saat ingin bertemu dengannya? Ini tidak boleh terjadi, aku harus sadar, saat ini aku marah dan kesal pada Adam.
                   Ku pandang langit yang cerah. Sesekali pula ku lirik arlojiku demi membunuh waktu. Dimana leni???
Leni           : sudah siap bertemu kak Adam??
                   Tiba-tiba leni sudah ada d sampingku. Aku menoleh
Aku           : kapan tibanya dan dimana munculnya?
Leni           : baru saja
Aku           : oh.. kita pergi sekarang??
Leni           : lebih cepat lebih baik
                   Leni berjalan di depan  sementara aku mengikutinya dari belakang
***
                   Sekitar 15 menit kami berjalan kai, akhirnya kami tiba di RS Citra Medika. Tapi, masalahnya kenapa Leni mengajakku kemari? Oh mungkin saat ini Adam praktek di RS ini, ku maklumi saja, karna laki-laki itu memangdari Fakultas Kedokteran
                   Leni membuka pintu kamar 036
                   “Apa Adam disni, Len??”
                   Leni mengangguk, ku ikuti ia masuk kedalam kamar itu. Awalnya aku heran, namun tiba-tiba mataku tertuju pada satu wajah yang mebuatku gemuruh di dadaku semakin menggebu dan ruang netraku melahirkan butiran-butiran bening.

                   Adam tersenyum. Tiba-tiba saja, jemarinya menyentuh tanganku. Ku rasakan jemarinya mengisi celah- celah jariku yang kosong. “terimakasih telah memberiku kekuatan untuk tetap bertahan. Aku baru tau betapa Allah SWT mencintaiku” ungkap Adam. Aku hanya membalas ungkapan itu dengan secuil senyuman. “emmhh…!!!” Leni mendehem “Ada aku disini” alku dan Adam beradu pandang, kami hanya tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Aku baru tau kehidupan ini sangatlah uni. Segalanya bisa berubah hanya karena CINTA.
Dengan pelan ku angkat langkahku mendekati pasien yang terbaring lmah tak berdaya yang semakin ku dekati, semakin jelas terlihat bahwa itu Adam. “sudah tau alas an kak Adam tak menemuimu? Tak memberimu kabar, dan tidak pernah menjemputmu?? Inilah alasannya” kata Leni
Aku           : adik dan teman macam apa kamu! Tega kamu sembunyikan ini dariku!!
Leni           : kak Adam yang memintaku untuk tidak membicarakan ini padamu”
Adam       : maafkan aku!
Aku           : kamu sudah sadar??
Adam       : aku sudah sadar sejak 4 hari yang lalu, ini hanya tidur biasa
                   Aku mendengus, sedikitpun air mataku tak terbendung. Sungguh, aku menyesal, laki-laki ini yang dulu menebar senyum tulus di hadapanku ketika hari-hari ku di dalam tangis. Dia membuat aku tau betapa pentingnya hidup. Tapi aku justru berburuk sangka padanya.
Aku           : maaf, aku tidak tau keadaanmu sperti ini, sebenarnya apa yang terjadi?
Leni           : kak Adam melakukan pengangkatan tumor di otak
Aku           : (aku memandang Adam) Tumor??
                   Adam mengangguk, bibirnya yang kering dan pucat itu, menepis ke arahku. Senyum itu yang dulu tak pernah kuragukan ketulusannya. Yang membuat aku trkadang tak bisa mengelak dari cintanya
Aku        : ini sebabnya kamu sering merasakan pusing saat bersamaku dan inikah yang membuatmu menjauhiku?
Adam    : Tari.. aku tidak bermaksud untuk menjauh, tapi aku tidak ingin kamu mengasihaniku
Aku        : ap?? Kasihan??? Dam.. yang aku rasakan ini adalah cinta, denganmu aku kuat!
Adam    : aku tidak ingin kamu sedih..
Aku        : 2 minggu tanpa kabarmu, itulah yang membuatku sedih

0 comments :

Post a Comment