Karya Ayu Sakinah
Semua rasa ini
menjadi satu. Benci, marah, kecewa dan geram. Tapi aku tidak tau pada siapa
akuu harus meluahkan rasa ini, sementara sumber dari rasa itu tak tau ada
diman. Oh,, Tuhan andaikan raja Adam berdiri dihadapanku, ku pastikan ia
menyesal mebuatku jadi begini. “sayang… sampai detik ini setelah 2 minggu yang
lalu aku hanya bisa bertanya… Dima kamu?? Tapi tanyaku tak ada jawabnya.
Setelah 2 minggu Adam
menghilang tanpa kabar. Aku hanya bisa menangis..menangis.. dan menangis…
segala keganjalan hati ku tuangkan dalam diary kesayanganku. Tapi semua itu tak
membuatku lega, aku memang bukan gadis Alim yang shalatnya tak pernah bolong,
tapi untuk masalah yang menimpaku jika tidak ku temukan penyelesaiannya aku
mengadu pasa Tuhan tiap usai shalatku.
Siang ini begitu cerah walau
memang tak secerah hatiku. Ku lirik arlojiku dengan perlahan. Jarum jam menunjuk
pukul 09.20 WIB. Aku tak perlu khawatir Pak Sugi menghukumku, karena beliau
tidak hadir. Jadi kuputuskan jam olahraga ku gantikan dengan renungan-renungan
konyol yang akan membuatku depresi berat.
“sepanjang hari ini apa kamu
akan menghabiskan waktu untuk menangisi pecundang itu?” Tanya Amel yang
tiba-tiba muncul di hadapanku. Aku menatap Amel penuh Tanya. Adamkah yang ia
maksud? Ahh… entahlah… Adam memang Pecundang. Ia brengsek membiarkanku mencintainya
lalu ia mengacuhkan ku begitu saja.
“Laki-laki buaya !! setelah
bosan denganmu dia mencari mangsa yang baru” Amel duduk di sampingku. “aku
mengenalnya!! 3 tahun kami bersama, tidak mungkin dia mengkhianatiku. Kataku
Amel : tapi kenyataannya ap?
Aku : aku hanya tak tau dia dimana!
Amel : intinya dia meninggalkanmu tanpa
kabar. Bkn?
Aku : ntahlah, mungkin kamu benar L
Aku mendengus. Tidak tau
karna apa aku begitu. Percaya pada Adam , mungkinkah ini cinta yang tulus?.
“Kakakku bukan pengkhianat! Dia bukan buaya! Dan bukan pemain cinta!!” aku
kenal suara itu. Leni, gadi8s itu sekelas denganku , dia adik kandungnya Adam.
Aku tidak tau dia telah berdiri dibelakangku kini.
Amel beranjak “ memang kakakmu pengkhianat
kn??!!”
“Jangan
sembrono bicara jika tak kenal k’Adam dan kamu Tari!!! Jika kamu tidak percaya
kak Adam lgi, berhentilah untuk menunggu..!!! kata Leni
“lhoo… kenapa jadi aku?? Aku
hanya…!!
Sudahlah, supaya kamu percaya
pada kak Adam, besok kamu ikut aku, kita bertemu kak Adam.
Leni meninggalkan aku dan
Amel. Sepasang mataku menuju ke punggungnya, memandang tubuh itu, sungguh
membuatku bingung kepalang tanggung. Betapa tidak. Dia yang begitu jutek kerus
tiba-tiba berbicara padaku dan mengajakku bertemu Adam
***
Uuh.. minggu pagi yang
menyegarkan. Tidak sabar aku menunggu Leni datang, tapi, ini konyol. Bukankah
saat ini aku sedang benci Adam, tpi kenapa aku begitu bahagia saat ingin
bertemu dengannya? Ini tidak boleh terjadi, aku harus sadar, saat ini aku marah
dan kesal pada Adam.
Ku pandang langit yang cerah.
Sesekali pula ku lirik arlojiku demi membunuh waktu. Dimana leni???
Leni : sudah siap bertemu kak Adam??
Tiba-tiba leni sudah ada d
sampingku. Aku menoleh
Aku : kapan tibanya dan dimana munculnya?
Leni : baru saja
Aku : oh.. kita pergi sekarang??
Leni : lebih cepat lebih baik
Leni berjalan di depan sementara aku mengikutinya dari belakang
***
Sekitar 15 menit kami
berjalan kai, akhirnya kami tiba di RS Citra Medika. Tapi, masalahnya kenapa
Leni mengajakku kemari? Oh mungkin saat ini Adam praktek di RS ini, ku maklumi
saja, karna laki-laki itu memangdari Fakultas Kedokteran
Leni membuka pintu kamar 036
“Apa Adam disni, Len??”
Leni mengangguk, ku ikuti ia
masuk kedalam kamar itu. Awalnya aku heran, namun tiba-tiba mataku tertuju pada
satu wajah yang mebuatku gemuruh di dadaku semakin menggebu dan ruang netraku
melahirkan butiran-butiran bening.
Adam tersenyum. Tiba-tiba
saja, jemarinya menyentuh tanganku. Ku rasakan jemarinya mengisi celah- celah
jariku yang kosong. “terimakasih telah memberiku kekuatan untuk tetap bertahan.
Aku baru tau betapa Allah SWT mencintaiku” ungkap Adam. Aku hanya membalas
ungkapan itu dengan secuil senyuman. “emmhh…!!!” Leni mendehem “Ada aku disini”
alku dan Adam beradu pandang, kami hanya tersenyum mendengar ucapan gadis itu.
Aku baru tau kehidupan ini sangatlah uni. Segalanya bisa berubah hanya karena
CINTA.
Dengan pelan ku
angkat langkahku mendekati pasien yang terbaring lmah tak berdaya yang semakin
ku dekati, semakin jelas terlihat bahwa itu Adam. “sudah tau alas an kak Adam
tak menemuimu? Tak memberimu kabar, dan tidak pernah menjemputmu?? Inilah
alasannya” kata Leni
Aku : adik dan teman macam apa kamu! Tega
kamu sembunyikan ini dariku!!
Leni : kak Adam yang memintaku untuk tidak
membicarakan ini padamu”
Adam : maafkan aku!
Aku : kamu sudah sadar??
Adam : aku sudah sadar sejak 4 hari yang lalu,
ini hanya tidur biasa
Aku mendengus, sedikitpun air
mataku tak terbendung. Sungguh, aku menyesal, laki-laki ini yang dulu menebar
senyum tulus di hadapanku ketika hari-hari ku di dalam tangis. Dia membuat aku
tau betapa pentingnya hidup. Tapi aku justru berburuk sangka padanya.
Aku : maaf, aku tidak tau keadaanmu
sperti ini, sebenarnya apa yang terjadi?
Leni : kak Adam melakukan pengangkatan
tumor di otak
Aku : (aku memandang Adam) Tumor??
Adam mengangguk, bibirnya
yang kering dan pucat itu, menepis ke arahku. Senyum itu yang dulu tak pernah
kuragukan ketulusannya. Yang membuat aku trkadang tak bisa mengelak dari
cintanya
Aku :
ini sebabnya kamu sering merasakan pusing saat bersamaku dan inikah yang
membuatmu menjauhiku?
Adam :
Tari.. aku tidak bermaksud untuk menjauh, tapi aku tidak ingin kamu
mengasihaniku
Aku :
ap?? Kasihan??? Dam.. yang aku rasakan ini adalah cinta, denganmu aku kuat!
Adam : aku
tidak ingin kamu sedih..
Aku : 2
minggu tanpa kabarmu, itulah yang membuatku sedih
0 comments :
Post a Comment