BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu
hal yang sangat penting bagi kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau
pun kelebihan air ketuban sangat mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting
mengetahui keadaan air ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin.
Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah
ketuban sebelum waktunya atau yang sering disebut dengan ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu
(sarwono 2008).
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan asuhan
kebidanan pada pasien KPD, mengetahui penyebab dan tanda-tanda serta gejala KPD
2. Tujuan khusus
a.
Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya ketuban pecah dini
b. Mengidentifikasi pemeriksaan
yang diperlukan untuk diagnosis
c. Mendiskusikan penanganan tepat dan cepat pada ketuban pecah dini dan komplikasinya.
3. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan
asuhan kebidanan pada penderita ketuban pecah sebelum waktunya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teoritis
kasus
1. Definisi ketuban pecah dini
Ketuban Pecah
Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda
persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan
karena ketuban memiliki fungsi seperti:
- Untuk proteksi
janin.
- Untuk mencegah perlengketan
janin dengan amnion.
- Agar janin dapat bergerak
dengan bebas.
- Regulasi terhadap panas dan
perubahan suhu.
- Mungkin untuk menambah
suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing janin.
- Meratakan tekanan intra –
uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.
2. Etiologi
Ketuban pecah
dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah
dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk
menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu
lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
b. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra
uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya : 1. Trauma :
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
- Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002) - Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
c. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
- Kelainan letak janin dan
rahim : letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan
panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalopelvic disproporsi).
- Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama. - Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. - Faktor keturunan (ion Cu
serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik
- Riwayat KPD sebelumya
- Kelainan atau kerusakan
selaput ketuban
- Serviks (leher rahim) yang
pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
3.
Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
4. Pengaruh KPD
- TerhadapJanin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. - TerhadapIbu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
5. Komplikasi
KPD
Komplikasi yang
timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi
Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
- Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. - Hipoksia dan
asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat
- Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
6. Penanganan
- Konservatif
·
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut,
curigai adanya kemungkinan solusioplasenta. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam
dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi
amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan< 37 minggu:
·
Berikan antibiotika untuk
mengurangi morbiditas ibu dan janin
·
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari
ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu,
tidak ada infeksi, beri dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Jika usia kehamilan
sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik
,dexametason, dan induksi setelah 24 jam
- Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan
oksitosin. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25
mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x. Bila ada tanda-tanda
infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
- Pertimbangan waktu dan berat
janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat
janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
- Terdapat tanda infeksi intra
uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal.
Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan
pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan :
- Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
- Lakukan pemantauan DJJ.
Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat
sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat
pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi
oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau
induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
- Hindari pemeriksaan dalam
yang tidak perlu.
- Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,
perhatikan juga hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan - Beri perhatian lebih seksama
terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi
yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
B.
Teoritis
Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Proses manajemen terdiri dari 7
langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney
adalah:
1.
Langkah I (Pertama): Pengumpulan
Data Dasar
Pada langkah
pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap:
a. Riwayat
kesehatan
b. Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau
data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study
2.
Langkah II ( kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
3.
Langkah III (ketiga): Mengidentifikasi diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4.
Langkah IV (Empat):
Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan
Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien serta dapat merujuk
sesuai kondisi klien.
5.
Langkah V (Kelima): Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada
langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manjemen terhadap diagnosa atau
maslah yang telah diidentifikasi atau diantasipasi, pada langkah ini informasi/
data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6.
Langkah VI (Keenam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ke enam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan.
7.
Langkah VII ( ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke VII ini dilakukan
evaluasi efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian
belum efektif.
C.
Teori
Tehnik Pendokumentasian Kebidanan
Teknik pendokumentasian ada dua
yaitu bentuk narative dan flowsheet/
checklist. Bentuk narative merupakan catatan yang dibentuk oleh sumber asal
dari dokumentasi maka sering disebut sebagai dokumentasi berorientasi pada
sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat dari petugas kesehatan yang
bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Cara penulisan ini mengikuti
dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Sedangkan bentuk flowsheet atau checklist
adalah cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu
tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan
melihat grafik yang terdapat pada flowsheet.
BAB
III
STUDI
KASUS
A.
Jenis
Laporan Kasus
Laporan kasus
ini dilakukan dalam bentuk kegiatan studi kasus community of care metode penulisan deskriptif yang merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang asuhan kebidanan
pada persalinan patologi.
B.
Lokasi
dan Waktu
Lokasi
penelitian dilakukan di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Waktu penelitian dilakukan
pada tanggal 8 November 2016.
C.
Subjek
Laporan Kasus
Dalam asuhan kebidanan pada persalinan patologi terhadap
Ny.M dilakukan dengan sistematis yaitu melakukan pengkajian data subjektif
(hasil wawancara atau anamnesa). Pada tanggal 8 November 2016 Pukul 20:00 Wib ibu
datang ke RSUD Meraxa Banda Aceh Ruang Bersalin, Ibu mengeluh nyeri didaerah
simpisis yang menjalar kepinggang dan rasa ingin mengendan. Ibu mengatakan
sudah keluar lendir bercampur darah dan ketuban sudah pecah, gerakan anak masih
dirasakan.
D.
Intrument
Laporan Kasus
Istrumen dalam
laporan ini dilakukan dengan menggunakan format pengkajian ibu bersalin
E.
Tekhnik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik palpasi, auskultasi, perkusi
dan pemeriksaaan laboratorium.
F.
Alat
dan Bahan
1.
Persiapan perlindungan diri :
-
celemek plastik
-
sepatu boot
-
masker
-
Handuk bersih
-
kacamata
-
penutup kepala
-
mencuci tangan 7
langkah
2. Persiapan
Ibu dan Bayi
-
1 buah handuk
-
1/3 kain Alas bokong
ibu
-
Selimut untuk mengganti
-
Topi Bayi
-
Pakaian ibu
-
Kain/sarung yang bersih
dan kering (±5 buah)
-
Pakaian bayi
-
2 buah washlap
3. Peralatan
steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang berpenutup) :
-
2 klem Kelly/ klem
kocher
-
Gunting tali pusat
-
Benang tali pusat /
klem plastik
-
Kateter nelaton
-
Gunting episiotomi
-
Klem 1⁄2 kocher
-
2 pasang sarung tangan
-
Kasa atau kain kecil 5
bh
-
Gulungan kapas basah (1
kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT)
-
Tabung suntik 2,5 atau
3 ml
-
Penghisap lendir De
Lee
4. Heacting
set (penjahitan episiotomi)
-
Tabung suntik 10 ml
beserta jarum suntik
-
1 Pinset anatomi dan 1
pinset sirurgi
-
Pegangan jarum / nald
pooder
-
2-3 jarum jahit tajam/
nald (kulit dan otot)
-
Benang chromic ukuran
2.0 atau 3.0
-
1 pasang sarung tangan
DTT atau steril
5. Peralatan
tidak steril
-
Termometer
-
Stetoskop
-
Tensimeter
-
Pita pengukur /
meteran
-
Pinnards,
fetoskop.stetoskop Laenec atau dopler
-
Bengkok
-
Piring plasenta
-
Timbangan bayi
-
Pengukur panjang
bayi
-
Gunting ferband
-
Sarung tangan rumah
tangga
-
Wadah untuk larutan
klorin 0,5 %
-
Wadah untuk air
DTT
-
Tempat sampah (sampah
tajam, kering dan basah)
6. Obat-Obat
dan bahan habis pakai
-
Oksitosin 1 ml 10 U
-
Lidokain 1%
-
Cairan infus R/L,Nacl,
dan Dext 5%
-
Peralatan untuk
menginfus
-
Kanula IV no
16-18G
-
Methylergometrin
-
MgSO4 40% (25 gr)
-
Amoxicillin / ampisilin
tab 500 gr atau IV 2 gr
-
Vitamin K
-
salep mata tetrasilklin
1 %
7. Peralatan
resusitasi (persiapkan semua menjelang persalinan)
-
Meja yang bersih, datar
dan keras
-
1 buah kain di gelar di
atas perut ibu
-
1 buah kain untuk
mengalas meja dan untuk mengganti kain pembungkus bayi yang basah
-
1 buah kain untuk
mengganjal bahu bayi
-
Lampu sorot 60 watt
-
Alat penghisap lendir
(bola-bola karet/ de lee)
-
Balon dengan sungkupnya
-
Jam / pecatat waktu
8. Formulir
yang disiapkan
-
Formulir informed
consent
-
Formulir partograf
-
Formulir persalinan /
nifas dan KB
-
Formulir rujukan
-
Formulir surat
kelahiran
-
Formulir permintaan
darah
-
Formulir kematian
9. Bahan-bahan
yang bisa disiapkan oleh keluarga
-
Makanan dan minuman
untuk ibu
-
Beberapa sarung bersih
(3-5)
-
Beberapa kain bersih
(3-5)
-
Beberapa celana dalam
bersih
-
Pembalut wanita,
handuk, sabun
-
Pakaian ibu dan
bayi
-
Washlap 2 buah
BAB
IV
TINJAUAN
KASUS
A.
Manajemen
Asuhan Kebidanan
I.
Pengumpulan Data
A. Identitas
Identitas
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami :
Tn. J
Umur : 32 Thn Umur : 43 Thn
Suku/Kebangsaan : Aceh Suku/Kebangsaan : Aceh
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat Rumah : Tingkeum Alamat
Rumah : Tingkeum
B. Anamnesa
(Data Subjektif)
Pada tanggal : 16-11-2016 Pukul :
09:00Wib
1. Alasan
kunjungan ini :
Pada tanggal 16 November 2016 Pukul 09:00 Wib ibu datang ke
RSUD Meraxa Banda Aceh Ruang bersalin, Ibu mengeluh nyeri didaerah simpisis
yang menjalar kepinggang. Ibu mengatakan sudah keluar lendir bercampur darah
dan ketuban sudah pecah, gerakan anak masih dirasakan.
2. Perasaan
(sejak Terakhir Datang ke RSUD Meraxa Banda Aceh):
Ibu merasa cemas menanti kelahiran
bayinya
3. Tanda-tanda
Bersalin
Kontraksi : Ada sejak tanggal 8 November 2016 jam 14:00 Wib
Frekuensi : 4 x setiap 10 menit
Lamanya : 30 detik, kekuatan meningkat
Lokasi ketidaknyamanan : Dibagian simpisis dan pinggang
4. Pengeluaran
Pervagina
Darah lendir : Ada Warna : Merah kecoklatan
5. Masalah-masalah
khusus : tidak ada
6. Riwayat
Kehamilan Sekarang
HPHT : 03 Februari 2016
Haid bulan sebelumnya : Desember
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 7 hari
ANC :
Teratur
Frekuensi : 4 x, di Puskesmas
7. Riwayat
Imunisasi : Ada.
8. Riwayat
kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
No
|
Tgl
Thn Persalinan
|
Tmpt
Persalinan
|
Usia
Kehamilan
|
Penolong
|
Penyulit
Kehamilan dan persalinan
|
Jenis
Persalinan
|
BB
|
PB
|
Keadaan
|
1
|
16-11-2002
|
R.Sakit
|
|
Bidan
|
Tidak
ada
|
Normal
|
2300gr
|
45cm
|
Baik
|
2
|
16-11-2016
|
R.Sakit
|
|
Bidan
|
Tidak
ada
|
sc
|
2500gr
|
47cm
|
Baik
|
9. Pergerakan
janin dalam 24 jam terakhir : 20
X
10. Makan
dan minum terakhir, pukul : 13:00 Wib
Jenis makanan :
nasi, ikan dan telur
11. Buang
air kecil terakhir : 13:30 Wib
12. Buang
air besar teakhir :
13:30 Wib
13. Tidur :
-
Malam : ± 8 jam/ hari
-
Siang : ± 2 jam/ hari
14. Psikologi : Normal
15. Keluhan
lain (bila ada) : tidak ada
C. Pemeriksaan
Fisik (Obyektif)
1. Keadaan
umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan
emosional : Stabil
2. Tanda
Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg,
Polse : 85 x/m
Respirasi : 24x/m,
Suhu : 36 0C
3. Berat
badan
Sebelum hamil : 55 Kg
Sekarang : 65 Kg
Tinggi Badan : 159 Cm
Lila : 25
Cm
4. Mata
Kelopak mata : Tidak ada kelainan
Konjungtiva : tidak anemis
Skelera : tidak ikterik
Reflek pupil : +/+
5. Mulut
dan gigi
Gigi : Tidak
caries
Gusi : tidak
ada pembekakan
Kelainan : tidak ada
6. Dada
Jantung : Baik
Payudara : Pembesaran : tidak ada
Puting susu :
Menonjol
Simestris :
Ada
Benjolan :
Tidak ada
Rasa Nyeri :
Tidak ada
Lain-lain :
Tidak ada
7. Punggung
dan pinggang : Normal
Posisi tulang
belakang : Lordosis
Pinggang : Normal
8. Ekstramitas
atas dan bawah
Oedema : Tidak ada
Kekuatan otot
dan sendi : normal
Kemerahan : tidak ada
Varises :Ada
9.
Abdomen
Pembesaran : Ada
Benjolan : tidak ada
Bekas luka Operasi : Tidak ada
Konsitensi : keras
Pembesaran lien/liver : tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
10. Pemeriksaan
Kebidanan
a. Palpasi
Uterus :
Tinggi Fundus Uteri : 35 Cm (3 jari dibawah
px)
Kontraksi : 4x dalam 10 menit
Fetus : Letak :
memanjang
Posisi :
Punggung janin berada
disebelah kiri ibu
Presentasi :
Kepala
Pergerakan :
aktif
Penurunan :
0/5
Taksiran berat janin: (TFU-11) x 155
= (35-11) x 155
= 24 x155
= 3720 gram
b. Auskultasi
DJJ :
140 x/i
Frekuensi : teratur
c. Ano-genital
Sinspeksi :
Perenium Luka Perut :
tidak ada
Vulva
Vagina
Warna
: merah kebiruan
Fistula : tidak ada
Pengeluaran
Pervaginam : Lendir bercampur darah
Warna :
Merah kecoklatan
Jumlah :
5 cc
Kelenjar Bertolini : Pembekakan : tidak
ada
Konsistensi :
Lunak
Hoemorid : tidak ada
d. Pemeriksaan
Dalam
Atas Indikasi : inpartu pukul 09:00 wib oleh bidan
Dinding Vagina : normal
Portio : Tebal Pemukaan Servik : tidak
ada
Posisi Portio : Normal Konsistensi : Lunak
Ketuban : Pecah Presentasi Fetus : kepala
Penurunan bagian
terbawah : 3/5
Posisi : Punggung janin berada disebelah
kiri ibu
D. Uji
Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium (jika ada
indikasi albumin)
Keton : tidak dilakukan
Hemoglobin : 11 gr %
Halmotokrit : tidak dilakukan
II.
Interprestasi Data
Diagnosa :
G3 P2 A0
dengan inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup intra uteri, letak
punggung janin disebelah perut kiri ibu, presentasi kepala
Data Dasar
-
Ibu mengatakan ini kehamilan
yang pertama,
-
HPHT 03-02-2016
Data Objektif
-
pembukaan 2 cm
-
ketuban pecah.
Janin hidup,tunggal,
intrauterine, presentasi kepala terdengar jelas DJJ 134
x/menit, dan teraba 3 bagian besar janin
III.
Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Infeksi
Gawat pada janin
IV.
Tindakan Segara atau Kolaborasi
Kolaborasi
dengan dokter spOg
V.
Rencana Manajemen
- Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
- Anjurkan ibu untuk tirah
baring dengan posisi kaki lebih tinggi dari pada kepala.
-
Berikan terapi obat ampisilin/amoxilin atas anjuran dokter
-
Beritahu Ibu akan dilakukan induksi
- Lakukan induksi oksitosin 1 ampul atas anjuran dokter
-
Laporkan setiap perkembangan kepada dokter
- Persiapan alat
- Observasi
DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam kemudian.
VI. Tindakan Pelaksanaan
·
Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
kehamilan ibu berumur 36 minggu, ketuban sudah tidak ada
·
Menganjurkan ibu untuk tirah
baring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
·
Memberikan ibu terapi obat amoxilin atas anjuran dokter
·
Memberitahukan Ibu akan dilakukan
induksi
·
Melakukan induksi oksitosin 1
ampul setiap 1 jam dinaikkan 4 tetes
·
Melaporkan setiap perkembangan kepada dokter
·
Mempersiapkan alat
·
Mengobservasi DJJ,HIS, nadi
setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam kemudian
VII. Evaluasi
·
Ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan
·
Ibu bersedia untuk tidur dengan
kaki lebih tinggi dari kepala
·
Ibu bersedia untuk meminun obat
sesuai anjuran dokter
·
Induksi sudah dilakukan
·
Dokter mengetahui setiap
pekembangan ibu dan janin.
·
Alat sudah disiapkan.
·
Hasil observasi DJJ 140 x/menit,
HIS 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 menit, nadi 80
x/menit, TD 120/80 mmHg, suhu 36,5 ÂșC,
B.
Pendokumentasian
Asuhan dalan Bentuk SOAP
Hari/Tgl
|
Pukul
|
S
O A P
|
||
Rabu
,
16/11/2016
|
08:00
Wib
|
S :
|
Ibu mengatakan sakit
dibagian atas simpisis yang menjalar ke pinggang
Ibu mengatakan air
ketuban sudah pecah sejak pukul 23.30 WIB
|
|
|
|
O :
|
Vital Sign
- TD
- Pols
- RR
- Temp
- Palpasi
Uterus
- TFU
- Kontraksi
- Fetus
|
: 110/70 mmHg
: 90 x/i
: 24 x/i
: 36 0C
: ada
: 33 Cm ( 3 jari
dibawah
Poxxus Xipoideus)
: 4 x setiap 10 menit
lamanya 30 dtik
: Letak : memanjang
Presentasi : Kepala
Posisi : Punggung Janin berada disebelah kiri
ibu
Penurunan : 0/5
Pergerakan : Aktif
|
|
|
A :
|
Ny. M umur 32 tahun G3
P2 A0 usia kehamilan 36 minggu, inpartu kala I Fase
aktif. Janin tunggal/ Puki, presentasi kepala, hidup intra uteri
|
|
|
|
P :
|
- Memberi
penjelasan pada ibu dan keluarga tentang proses persalinan yaitu keluar lendi
bercampur darah
- Memberi
kenyamanan kepada ibu dengan cara mengelus-elus pinggang ibu
- Menganjurkan
ibu untuk miring kiri
- Menyiapkan
alat (partus set dan obat)
- Melakukan
pendokumentasian tindakan
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan saya pada Ny. M umur 32 tahun G3 P2 A0
mengenai penerapan Asuhan Persalinan Normal diRSUD Meraxa Banda Aceh, Sudah
memenuhi prosedur dan peralatan untuk SC dengan indikasi KPD
sudah lengkap, seperti Masker, Handscon, kacamata, celemek dan sepatu boot, baju ok, topi pelindung.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis
A.
Saran
1. Bagi
RSUD Meraxa Banda Aceh
Dengan adanya presentasi kasus ini
dapat meningkatkan pelayanan kebidanan tentang asuhan persalinan normal serta
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
2. Bagi Pendidikan
Bagi Akademi Kebidanan Pemkab Aceh
Utara diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa akademi kebidanan untuk
melakukan pelayanan asuhan persalinan normal.
3. Bagi
klien/Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan ibu dan bayi setelah dilakukan asuhan kebidanan persalinan
normal.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu
Kebidanan.Jakarta.Bina Pustaka.2008
Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2003. Jakarta: YBP-SP.
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB. Manuaba DSOD. EGD